Langsung ke konten utama

Tiket Nol Rupiah Yang Membuka Mata


"Mbak, kok bisa sering jalan-jalan, gimana sih caranya?" Begitu mention yang muncul di akun twitter saya. Jawaban simpelnya: "Caranya ya beli tiket, packing, terus berangkat." Terlalu tega nggak sih

Kenyataannya memang betul seperti itu. Saya dan keluarga bisa 'sering' traveling karena prioritas bersenang-senang kami memang untuk jalan-jalan. Anggaran kami jaga dari bahaya: ngopi, makan di luar, nonton bioskop, beli gadget terbaru, belanja sesuatu karena lucu, dan lain-lain. 

Memang tidak mudah mencari tiket murah, apalagi untuk kami berempat: saya, Si Ayah, Big A (12 tahun) dan Little A (6 tahun). Tiket promo selalu ada, tapi kalau dikalikan empat, tentu saja tidak murah lagi. Satu-satunya jalan adalah mencari tiket super promo alias tiket gratis. Untungnya ada Air Asia yang bisa kami andalkan untuk menjadi 'sponsor' perjalanan keluarga kami menjelajah Asia.

Tahun 2012, keluarga kami pulang kampung ke Surabaya. Setelah puas berkelana di Australia dan Selandia Baru, saya ingin mengajak anak-anak berkenalan dengan Asia. Sejak Air Asia mulai meluncurkan promosi Kursi Gratis, saya sudah mengincar destinasi-destinasi dengan penerbangan langsung dari Surabaya. Langkah awal tentu dengan langganan nawala (newsletter) dan mengikuti berita di akun Facebook dan Twitter agar selalu menjadi yang pertama tahu kalau ada tiket promo. Usaha dikit lah ya. Ndilalah-nya (lucky me), saya berhasil mengamankan tiket nol rupiah tiga kali: ke Bali, Johor Bahru dan Penang.

Ternyata tiga perjalanan tersebut tidak sekedar keren-kerenan bisa jalan-jalan (ke luar negeri) dengan ongkos irit. Tiga destinasi ini ternyata membuka mata kami, terutama The Precils, anak-anak kami, untuk melihat Asia, dunia yang berbeda dari yang selama ini mereka saksikan di Australia. 

Little A di penerbangannya yang ke-19
Bali, April 2013 

Tiket nol rupiah untuk Surabaya - Denpasar ini berhasil saya dapat setahun sebelumnya, ketika kami masih tinggal di Sydney, dan koneksi internet masih 10x lipat lebih cepat. Tanpa masuk waiting room, saya dengan cepat menemukan tanggal ketika tiket pergi dan pulangnya 'gratis'. Jangan kaget, waktu itu saya hanya bayar Rp 5000 per tiket. Jadi total untuk empat orang cuma 40 ribu. Yay! Waktu itu saya pikir, kalau toh tahun depan terjadi apa-apa dan liburan kami batal, saya tidak rugi-rugi amat.

Ini pertama kali kami sekeluarga naik Air Asia dan penerbangan Little A-waktu itu 4 tahun-yang ke sembilan belas (ya, saya mencatat hal-hal kecil semacam itu). Pertama kali juga kami terbang tanpa bagasi. Tinggal lenggang kangkung ke bandara karena saya sudah web check in dan mencetak sendiri boarding pass. Omong-omong, pajak bandara jatuhnya lebih mahal daripada tiket kami :p

Di Bali, Little A dan Big A berkenalan kembali dengan negeri dan bangsanya. Mendarat di bandara Ngurah Rai, kami disambut kepulan asap rokok. Lalu kami dibawa sopir yang cekatan menikung di gang-gang kecil di daerah Canggu, menghindari jalan yang ditutup untuk upacara. Di kanan kiri jalan, kami masih bisa melihat sisa-sisa hiasan perayaan Galungan. Di beberapa ruas jalan, kami menyaksikan anak-anak bule telanjang dada yang senang banget bisa berdiri di atas sepeda motor yang dikendarai Bapaknya. Negara bebas, hey? The Precils tentu masih ingat peraturan di Australia: anak-anak harus 'diikat' di car seat di kursi belakang mobil.

Setelah liburan singkat menikmati tenangnya Canggu dan ramainya Kuta, Selasa pagi kami pulang. Dari bandara Juanda, anak-anak langsung kembali belajar. Berangkat sekolah naik pesawat terbang? Like a boss! :D


Johor Bahru, Maret 2014

Johor Bahru tidak bisa dipisahkan dari Legoland, dan memang hanya itu tujuan kami ke sana. Saya mengincar tiket penerbangan langsung SUB - JHB ketika promo Kursi Gratis April 2013 dan mendapatkan tiket 0 rupiah untuk penerbangan tahun depan. Tiket Rp 0 bukan berarti kita nggak bayar sama sekali ya. Penumpang masih harus membayar pajak dan fuel surcharge. Alhasil, total harga tiket SUB - JHB pp per orang Rp 400.000.

Kami bersenang-senang di Legoland, apalagi diundang menginap gratis di hotel Legoland yang seperti kastil, dengan keping-keping lego yang bertebaran di mana-mana. Kami berempat fans berat Lego, jadi mabuk berat belanja di obralan, bermain di lobi hotel, theme park, water park, bahkan di restorannya.

Pulangnya, melewati jalan bebas hambatan yang cukup sepi, dengan pemandangan semak belukar dan tanah gersang, saya menyatakan kekaguman pada pemkot Johor Bahru yang bisa membuat daerahnya dikunjungi oleh banyak wisatawan, bahkan dari luar negeri. Saya tantang Big A dengan pertanyaan, "Apa yang kamu lakukan seandainya kamu jadi walikota, agar kotamu banyak dikunjungi orang, Big A?"

Air Asia di bandara Senai, Johor Bahru
Penang, April 2014

Tiket nol rupiah yang satu ini saya dapatkan saat promo Oktober 2013. Termasuk pajak dan surcharge, kami habis sekitar Rp 2 juta untuk tiket SUB - PEN berempat, atau Rp 500 ribu per orang pp. Harga normal sekitar Rp 750.000 sekali jalan. Percayalah kalau tiket 0 rupiah selalu lebih murah. Apalagi ini tanggalnya pas libur paskah.

Ngapain ke Penang? Selain karena ada terbang langsung dari Surabaya dan jatuhnya lebih murah daripada tiket domestik, juga karena Penang menawarkan paket komplit sebagai tujuan wisata: wisata kota, seni, sejarah, pantai dan kuliner. Masing-masing dari kami bisa dapat bagian yang kami senangi.

Di kota Georgetown yang panasnya melebihi Surabaya ini, anak-anak belajar bagaimana orang-orang dari ras yang berbeda bisa tinggal dengan harmoni di kota ini. Kami belajar sejarah kota ini di museum interaktif Made In Penang yang menyenangkan, tapi terutama kami belajar dari mencicipi makanan mereka dan merasakan keramahan pemasaknya. Roti canai dari India, char kway teow dari orang Tiongkok, dan ayam kicap dari orang Melayu. Berbeda-beda tapi tetap sama lezatnya.

Eat like a local. Penang street food, siapa takut?
Saya masih akan terus membawa The Precils menjelajah karena setiap pengalaman traveling akan membuka mata mereka, bahwa dunia itu luas. Anak-anak yang sering berkenalan dengan sisi dunia yang lain juga akan lebih toleran menghargai perbedaan dan mensyukuri kenyamanan yang mereka miliki di rumah. Saya masih sanggup bersabar menanti peluang dan segera menyambar kalau ada kesempatan tiket murah untuk berempat :)

Hanya saja, sekarang ini saya masih belum tahu, kalau nanti jadi menang traveling ke Nepal *fingers crossed*, siapa yang mesti saya ajak? Si Ayah, Little A atau Big A?

~ Ade Kumalasari (The Emak)

ps: tulisan ini diikutsertakan dalam Kompetisi Blog 10 Tahun AirAsia Indonesia


Komentar

Postingan populer dari blog ini

7 Kebiasaan yang Bisa Membahayakan Ginjal

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020 . DokterSehat.Com – Ginjal adalah salah satu organ tubuh yang rentan mengalami kerusakan. Khususnya jika kita menerapkan gaya hidup yang tidak sehat. Sayangnya, masih banyak orang yang melakukan hal ini sehingga membuat beban kerja dari organ ini semakin meningkat. Padahal, hal ini bisa memicu datangnya penyakit yang berbahaya. Berbagai kebiasaan tidak sehat bagi ginjal Pakar kesehatan menyebut ginjal yang sudah mulai rusak atau terkena penyakit akan tidak bisa berfungsi dengan semestinya. Hal ini tentu akan membuat berbagai macam racun di dalam tubuh semakin menumpuk dan akhirnya berimbas buruk pada kondisi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Berikut adalah berbagai kebiasaan tidak sehat yang bisa membahayakan ginjal kita. Sering mengonsumsi makanan tinggi garam Makanan dengan kandungan garam yang tinggi tak hanya bisa kita temukan di masakan yang dibuat sendiri atau di tempat makan. Dalam realitanya ad...

Road Trip Adelaide - Melbourne

Pemandangan spektakuler di tengah jalan menuju Meningie di Australia Selatan Seribu lima ratus kilometer, sepuluh hari, dua negara bagian, dua pulau, dua belas kota, dua dewasa plus dua precils, satu campervan! Road trip kali, dari Adelaide ke Melbourne lebih panjang dan lama daripada beberapa road trip sebelumnya. Perjalanan ini sekaligus untuk mengucapkan selamat tinggal (semoga hanya sementara) pada Australia, yang sudah menjadi tuan rumah yang baik selama kami tinggal 5,5 tahun di sini. Road trip kami mulai di Adelaide , ibukota negara bagian Australia Selatan. Sebelum melanjutkan menyusuri pantai selatan mainland Australia, kami sempatkan tiga hari menjelajah Kangaroo Island, di sebelah barat daya Adelaide. Pengalaman fantastis kami di Kangaroo Island sudah saya ceritakan di tulisan ini . Baru di hari keempat, kami kembali menyeberang ke mainland dan menyusuri kota-kota kecil di sepanjang garis pantai selatan Australia, melewati Great Ocean Road, dan berakhir di Melbourne . Tota...

A Quick Rocking Experience At Hard Rock Hotel Bali

Cool guitars :) Meskipun 'liburan' kami ke Bali kali ini termasuk sangat singkat, kesan yang kami dapatkan sungguh menyenangkan. Salah satunya karena kami menginap di ' the bestest hotel ever ' versi Little A :) Berawal dari mendapatkan durian runtuh tiket gratis Air Asia untuk Surabaya - Denpasar bulan April ini, saya mulai cari-cari hotel untuk menginap di Bali. Kriterianya yang paling penting adalah family friendly , artinya bisa muat untuk dua dewasa dan dua anak dalam satu kamar, tanpa extra bed atau tanpa sembunyi-sembunyi menyelundupkan anak, hehe. Meskipun hotel di Bali banyak banget, ternyata tidak gampang mencari kamar hotel dengan dua double bed . Biasanya hotel menyediakan satu queen/king bed atau dua single bed . Kapasitas juga terbatas untuk dua dewasa dan satu anak kecil. Kalau anak sudah berusia 11 tahun seperti Big A, sudah tidak nyaman satu ranjang dengan orang tuanya. Jadi meskipun ada promo-promo hotel yang murah jatuhnya tetap mahal karena harus...